Keberadaan pasar kaget di dekat lokasi Masjid Nabawi, Kota Madinah al Munawarah, menjadi daya tarik sendiri. Bermacam produk dijajakan di tempat ini. Ada baju, tasbih, siwak (alat gosok gigi dari kayu), celana, kain, sandal, dan produk lainnya.
Apalagi jika musim umrah atau haji tiba. Jemaah asal Tanah Air selalu berburu barang di sini. Pasar kaget ini letaknya berada di luar halaman Masjid Nabawi. Jumlah pedagangnya puluhan. Biasanya para pedagang menggelar produknya di antara celah-celah jalan samping hotel.
Sebelum digelar, ada sebagian yang memberikan alas dan ada yang langsung menaruh dagangannya. Tidak jauh berbeda dengan pasar-pasar yang ada di Indonesia.
Uniknya, jika waktu salat tiba, dagangan ditinggalkan begitu saja. Namun sebaliknya juga, usai salat, di seluruh pintu keluar Masjid Nabawi (arah barat, timur, utara, selatan), pasar kaget terus bermunculan dengan dagangan yang berbeda.
Rata-rata yang berjualan pedagang dari Timur Tengah. Pedagang asli bangsa Arab bisa hitung dengan jari. Jika orang Arab, tempat berjualan mereka lebih ekslusif, yakni di mal atau toko-toko permanen.
Kemudian jika calon pembelinya berasal dari Indonesia, para pedagang menawarkan dengan Bahasa Indonesia. Salah seorang jemaah umrah asal Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Agus Hendrik Monopoli, mengenai harga barang-barang boleh dibilang cukup terjangkau.
Mulai dari Saudi Arabian Riyal (SAR) 10, 15, 20, 30, 40, 50 hingga 100. Tergantung transaksi tawar-menawar di antara keduanya. Bila pandai menawar maka akan mendapat barang yang bagus dengan harga yang sangat murah.
"Kalau pintar menawar harga, kita pasti mendapat harga yang murah dengan kualitas bagus. Syukur-syukur kalau belanjanya selepas salat fardhu (jemaah), bisa dapat diskon lumayan," ujar Agus Hendrik Monopoli kepada penulis akhir Juni 2011 lalu.
Agus menyarankan, bila sedang umrah di bulan Ramadan dan ingin berbelanja murah, sebaiknya berbelanjanya selepas salat tarawih. Jika belanjanya sebelum salat maka harganya cukup tinggi. Hal ini dikarenakan minat jemaah yang berangkat ke masjid hanya untuk beribadah.
Sedangkan keinginan untuk berbelanja nyaris tidak ada. Selain itu, kata Agus, kebiasaan masyarakat muslim di Tanah Suci berbeda dengan di Tanah Air. Umat muslim yang sedang umrah atau haji saat di Madinah atau Mekkah melakukan kewajiban dulu baru sunahnya.
Jika di Tanah Air terkadang terbalik. Seseorang tidak mengerjakan wajib atau sunahnya. Sehingga ketika azan memanggil pedagang tetap membuka gerainya dan menunda salat jemaahnya.
"Jika di Tanah Suci pedagang tidak salat bisa terkena razia. Jika tiga kali terbukti tidak salat berjemaah bisa dicabut izin usahanya dan tidak bisa jualan lagi," ujar Ustaz Asmar Nasution, warga Tapanuli Utara, Sumatera Utara, yang sudah 20 tahun bermukin di Kota Mekkah.
Apabila azan sudah berkumandang, para pedagang langsung menggulung dagangannya masing-masing. Lalu barang dagangan diletakkan di luar pagar Masjid Nabawi.
Kemudian mereka salat berjamaah ke dalam masjid bersama imam. Saat itu, ketika azan salat dikumandangkan seluruh penduduk atau pendatang di Madinah dan Mekkah tidak ada yang tidak salat berjemaah.
Mengenai produk yang ditawarkan pedagang musiman (kaget) itu tidak jauh berbeda dengan pasar kaget di Batam, Jakarta, atau kota lainnya. Jenis produk yang diperdagangkan di Kota Madinah hampir mirip dengan bazar Ramadan yang ada di Tanah Air.
Namun yang membedakan, pasar kaget di Madinah tidak menjual makanan atau minuman melainkan produk barang selain itu. Jika pun ada, jumlahnya tidak banyak.
"Kalau barang yang dijual di pasar kaget ini jenisnya saja yang berbeda, tetapi pola perdagangannya mirip di Tanah Air," terang Asmar Nasution.
Setiap jemaah umrah atau haji yang membeli barang-barang dengan kuantitas banyak, mereka biasanya akan mendapat diskon. Pedagang memberikan diskon apabila pembelian minimal lebih dari lima buah. Misalnya membeli lima baju, lima celana, atau lima kain sari.
Jika jemaah memborong lebih banyak maka potongan harganya juga semakin besar. Menurut para pedagang, sehari mereka bisa menjual dagangannya rata-rata sebanyak 30 buah baju. Namun jika musim haji bisa tiga kali lipat.
Mereka biasanya memulai berdagang di sekitar Masjid Nabawi mulai pagi hingga malam hari sekitar pukul 22.30 waktu setempat. Geliat perdagangan pasar kaget ini semarak selepas salat Magrib dan Isya.
Untuk mendapatkan barang berkualitas bagus, sebaiknya memilih tempat belanja yang lokasinya bercahaya terang. Calon pembeli harus mencari lokasi yang selektif, supaya saat memilih barang bisa terang melihatnya. Jika jemaah terpaksa ingin berbelanja di malam hari mereka harus mengajak teman jemaah lain.
"Ajak kawan atau jemaah lain supaya bisa selektif lagi memilih barang. Soalnya jika tidak ada kawan yang mengingatkan biasanya jemaah akan jor-joran membeli barang. Fungsinya kawan untuk mengingatkan saat kita berbelanja," saran Asmar Nasution menambahkan.
Religi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment