Pedagang di sekitar pelataran Masjid Nabawi di Madinah Arab Saudi |
Untuk harga perdana simcard Mobily, jemaah cukup menebus seharga SAR 45. Waktu saya di Madinah, satu paket kartu perdana tersebut sudah berisi pulsa sebesar SAR 40.
Aktivasi paket Blackberry Messenger (BBM) disesuaikan dengan paket masing-masing. Misalnya paket harian, mingguan, dwi mingguan, dan bulanan. Untuk paket mingguan, harga sekali registrasi harus dibayar senilai SAR 29.
Ingat, jangan buru-buru membeli kartu perdana setibanya di Bandara King Abdul Azis. Biasanya, jika kita belum pengalaman, kita langsung tergiur untuk segera membelinya.
Anda bisa repot sendiri jika membeli kartu perdana tanpa bimbingan tour leader atau muthawwif. Saran saya, sebaiknya Anda minta bimbingan tour leader.
Saat saya di Madinah, saya datang ke kantor perwakilan Mobily yang berada di sisi timur Masjid Nabawi. Staf Operasional Etihad Etisalat (Mobily) H Muhammad Sarref, kala itu, ramah saat saya jumpai.
Menurutnya, dengan meregistrasi pulsa senilai SAR 29, jemaah sudah bisa menikmati layanan Blackberry dengan sepuas-puasnya. Setidaknya tujuh hari bisa BBMan.
"Paket yang kami tawarkan ini bervariasi, ada paket harian, mingguan, dan bulanan. Setiap paket ada keunggulannya masing-masing,” jelas Muhammad Sarref.
Kalau paket mingguan, mengaktivasinya cukup mengetik pesan singkat (SMS) format BIS7 kemudian dikirim ke 1100. Usai tujuh hari dan tidak diperpanjang, secara otomatis layanan BBM akan terhenti.
Khusus paket mingguan ini, jatah browsing internet gratisnya hanya diberikan kuota sebesar 120 megabytes. Berbeda dengan paket Blackberry Internet Service Premium (BISP) yang ditawarkan cukup menggiurkan.
Dengan mengisi pulsa senilai SAR 100, maka akses kirim pesan (SMS) dan telepon diberikan secara gratis.
"Kalau paket BISP ini memang lain. Kelebihannya bebas sms ke seluruh dunia, free 150 menit telepon dan diberikan kuota browsing 1 GB. Aktivasinya cukup mengetik BISP lalu kirim ke 1100," urai Sarref.
Saya juga berjumpa salah satu mahasiswa asal Yogyakarta, Muhammad Maki’ah Al Hafidz yang sedang menimba ilmu di sebuah perguruan tinggi di sana. Ia pun membenarkan keunggulan paket ini.
Dia menyarankan saya dan jemaah haji atau umrah bertandang ke Madinah dan Mekkah menggunakan paket ini. Alasannya, paket ini relatih lebih murah.
"Apabila jemaah mengaktivasi BISP, layanan chatting seperti Blackerry messenger, Windows Live messenger, Yahoo! Messenger, dan Google talk. Berbagai media social Twitter, facebook, dan sebagainya bisa diakses unlimited," jelas Maki’ah.
Kalau jemaah ingin membeli di kantor perwakilan Mobily, sediakan fotokopi paspor. Sebab saat membeli akan ditanya sama karyawan Mobily. Jika tidak ada, Anda bisa membeli melalui pedagang di sekitar masjid.
Rata-rata, jemaah umrah dan haji menggunakan kartu jenis Mobily. Alasannya kartu perdana dan pulsa isi ulangnya relatif murah. Satu kartu perdana sekitar Rp100.000,00.
Jangan heran, para pedagang di Tanah Suci di Kota Madinah dan Mekkah, Arab Saudi mahir menggunakan Bahasa Indonesia.
Terbukti saat aktivitas jual beli terjadi antara jemaah Indonesia dengan pedagang asli Arab, komunikasinya menggunakan Bahasa Indonesia.
Kendati sebagian jemaah Indonesia pandai berbahasa Arab, pedagang asli lebih menyukai bertutur dengan bahasa Indonesia.
Tidak hanya itu, pedagang setempat sangat memahami kurs mata uang rupiah. Sehingga saat jemaah berbelanja kehabisan stok uang riyal (SAR), tetap bisa berbelanja dengan mata uang rupiah.
Saat saya jalan-jalan di komplek pertokoan Abdoul Lateef, sebuah mal di samping Masjid Nabawi Madinah, ada jemaah asal Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau.
Namanya Fauzan bin Dahlan. Ia terlihat sangat sibuk memilih barang dagangan. Namun kala itu, dia tidak membeli kartu Mobily. Dia hanya jalan-jalan mencari pakaian dan gamis.
Saya perhatikan dia berdialog dengan seorang pedagang, namanya Abdul Kareem. Keduanya fasih menggunakan Bahasa Indonesia. Tawar-menawar harga pun terkesan sangat alot. Seperti di Batam saja dalam hati saya mengomentari.
Tidak lama kemudian, terjadi kesepakatan di antara keduanya. Fauzan pulang ke hotel membawa barang yang disukainya dan pedagang menerima uang ratusan ribu rupiah.
Meski Fauzan tidak menggunakan Bahasa Arab, si pedagang tetap ramah melayani Fauzan dengan menggunakan Bahasa Indonesia berlogat Arab.
"Jujur saya tidak bisa berbahasa Arab, saya tawar pakai Bahasa Indonesia mereka menyahut. Ternyata pedagang sini justru lincah menggunakan bahasa kita. Salut kepada mereka yang pandai menggunakan bahasa kita dengan baik," jelas Fauzan, akhir Juli 2012 lalu.
Lalu saya bertanya kepada Abdul Kareem. Katanya dia bisa berbahasa Indonesia sejak tujuh tahun silam. Menurutnya, selama berdagang di Madinah, minat masyarakat Indonesia berbelanja sangat tinggi.
Ini yang memotivasi para pedagang asli untuk bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Harapannya agar transaksi penjualan bisa berlangsung dengan lancar.
"Umat Islam dari Indonesia setiap minggu datang untuk ibadah umrah. Apalagi kalau musim haji, orang Indonesia paling gemar berbelanja barang. Akhirnya kami di sini sudah terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia," ujar Abdul Kareem tersenyum.
Termasuk papan pengumuman yang dipasangkan di Raudhah Masjid Nabawi, Masjidil Haram, makam Sayidina Hamzah, money changer, dan beberapa lokasi strategis lainnya.
Semuanya rata-rata menggunakan Bahasa Indonesia. Setelah saya amati, rupanya sebagian besar jemaah itu berasal dari Tanah Air.
Ahmad Maki’ah, warga Yogyakarta yang bermukim di sana menyebutkan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua di negara penghasil air Zam-zam itu.
"Tiga bahasa sering digunakan untuk komunikasi. Ada bahasa Arab, Bahasa Indonesia dan Inggris. Jadi kalau orang Indonesia tidak bisa berbahasa Arab atau Inggris, jemaah dari Tanah Air tetap bisa berkomunikasi dengan bahasanya," jelas Ahmad Maki’ah yang setia menemani saya jalan-jalan di sana.
No comments:
Post a Comment